Senin, 12 Mei 2014

Kisah Kulkas Satu Milyar

Di bawah ini adalah sebuah kisah yang sebaiknya tidak kita teladani. Namun dari kisah ini kita dapat memetik pelajaran yang sangat-sangat berharga. 

Pada suatu hari, seorang agen asuransi datang ke rumah sepasang suami-istri yang masih muda & hidup bahagia. Si agen menjelaskan panjang lebar mengenai manfaat asuransi beserta ilustrasi tabungan yang cocok bagi pasangan bahagia tersebut. Pasangan tersebut antusias sekali dengan penjelasan si agen, dan merasa butuh dengan asuransi tersebut mengingat mereka belum mempunyai asuransi untuk melindungi keuangan mereka. Mereka ingin menjadi peserta/nasabah dari asuransi tersebut, namun mereka menundanya dengan alasan masih ada cicilan kulkas. Akhirnya mereka menyuruh si agen untuk datang kembali bulan depan setelah cicilan kulkas lunas. 


Selang satu bulan, datanglah si agen ke rumah pasangan muda tersebut sesuai janjinya. Diketuklah rumah pasangan muda itu yang sebulan lalu ia temui. Setelah pintu diketuk & agen mengucapkan salam, dibukalah pintu rumah tersebut oleh seorang ibu muda. Sang ibu tersebut mempersilahkan si agen untuk duduk. Lalu si agen bertanya,”Bapak ada bu?” Sang ibu muda tidak menjawab pertanyaan tersebut, melainkan malah menangis terisak-isak. “Ibu kenapa menangis?”, tanya si agen asuransi penuh penasaran. Sang ibu muda pun menunjukkan sebuah kulkas di dalam rumah kepada si agen. Ibu muda tersebut dengan meneteskan air mata berkata, “Pak, ini kulkas harganya 1 milyar.”

“Kok bisa semahal itu Bu?”, tanya si agen makin penasaran. Sang ibu muda pun sambil terisak-isak bercerita, “Satu bulan yang lalu kami telah menunda untuk berasuransi karena masih ada cicilan kulkas ini. Dua minggu setelah itu, saat pulang dari kantor, suami saya mengalami kecelakaan tragis yang menyebabkan beliau meninggal. Dan kulkas inilah yang ditinggalkannya untuk saya.” Sang ibu muda pun melanjutkan, “Seandainya kami tidak menunda untuk masuk asuransi, tentunya saya akan mendapat uang santunan sebesar 1 milyar. Sekarang saya nggak tahu harus kemana mencari nafkah untuk menghidupi saya & anak saya yang masih kecil ini…” 

Dari cerita diatas dapat kita ambil hikmah bahwa kapan saja Tuhan bisa memanggil kita untuk menghadap-NYA, namun kita tidak pernah tahu kapan atau menunda barang sejenak kehendak Yang Maha Kuasa. Yang menjadi pertanyaannya adalah sudah siapkah kita menghadap-NYA? Sudahkah kita persiapkan kebutuhan keluarga sepeninggalan kita nantinya? 

Bila anda termasuk orang-orang yang selalu menunda untuk memiliki polis asuransi dengan alasan jangka waktu yang terlalu lama dalam membayar premi, mari kita tanyakan kembali kepada diri kita, kenapa untuk membayar cicilan rumah yang jauh lebih lama, cicilan kendaraan yang tidak sedikit jumlahnya kita mampu untuk membayarnya. Tapi kenapa pada saat kita ditawarkan polis asuransi oleh agen asuransi, kita selalu menunda atau bahkan menolak dengan keras tawaran tersebut, sedangkan kita tahu begitu besar manfaat yang bisa kita terima jika kita membeli polis asuransi. Mari saudaraku kita renungkan bersama-sama dan tanyakan pada diri kita. MASIH MAUKAH KITA MENUNDA BAHKAN MENOLAK AGEN ASURANSI YANG BERUSAHA MEMBANTU KITA??

Dari Berbagai Sumber

0 komentar:

Posting Komentar