Mulai Membangun Sebuah Keluarga Impian

Kehidupan seorang manusia tidaklah lengkap tanpa didampingi oleh seseorang yang mampu serta bersedia menjadi teman hidup disaat suasana susah maupun senang, pernikahan merupakan awal dari sebuah komitmen penting dalam memulai hidup yang baru.

Rencanakan Segalanya Sedari Dini

Seorang anak merupakan pelengkap kebahagiaan rumah tangga, mari kita mulai merencanakan kebutuhan anak-anak kita sejak dini, sehingga masa depannya akan terjamin dan orangtuapun akan tenang dan sejahtera.

Masih Berkata Tidak Pada Asuransi? Coba Anda Pikirkan Kembali

Asuransi Prudential adalah kunci dari semua masalah keuangan terbesar yang akan kita hadapi di masa yang akan datang. Mulai dari proteksi terhadap seluruh tabungan, pendidikan anak, kesehatan, dana pensiun, aset yang dimiliki sekaligus investasi masa depan yang sangat menguntungkan.

Persiapan Untuk Hari Tua

Usia kita tidak selamanya muda, masa-masa produktif dalam mencari nafkah akan tergantikan oleh masa tua, jika kita sudah berada pada titik tersebut tentu sudah saatnya pula kita untuk beristirahat menikmati hari tua, sudahkah anda mempersiapkan dana pensiun guna hari tua anda? ataupun merencanakan keberangkatan anda ibadah haji dan umroh?

Prudential Adalah Asuransi Jiwa Terbaik

Prudential berhasil meraih penghargaan sebagai 1st Best Insurance Company sejak tahun 2001-2013, hal ini membuktikan betapa tingginya kepercayaan masyarakat kepada kinerja serta pelayanan yang diberikan oleh tenaga pemasaran Prudential yang selalu siap sedia membantu perencanaan keuangan keluarga anda.

Rabu, 11 Juni 2014

Apa Sih Inflasi Itu?

Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.

Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Sejak Juli 2008, paket barang dan jasa dalam keranjang IHK telah dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) Tahun 2007 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan memonitor perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota, di pasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/jasa di setiap kota.
Indikator inflasi lainnya berdasarkan international best practice antara lain:
  1. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Harga Perdagangan Besar dari suatu komoditas ialah harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang besar pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas suatu komoditas. [Penjelasan lebih detail mengenai IHPB dapat dilihat pada web site Badan Pusat Statistik www.bps.go.id]
  2.  
  3. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran level harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu ekonomi (negeri). Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB atas dasar harga konstan. 



Pengelompokan Inflasi
Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 7 kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification of individual consumption by purpose - COICOP), yaitu :
  1. Kelompok Bahan Makanan
  2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau
  3. Kelompok Perumahan
  4. Kelompok Sandang
  5. Kelompok Kesehatan
  6. Kelompok Pendidikan dan Olah Raga
  7. Kelompok Transportasi dan Komunikasi.

Disamping pengelompokan berdasarkan COICOP tersebut, BPS saat ini juga mempublikasikan inflasi berdasarkan pengelompokan yang lainnya yang dinamakan disagregasi inflasi. Disagregasi inflasi tersebut dilakukan untuk menghasilkan suatu indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental.
Di Indonesia, disagegasi inflasi IHK tersebut dikelompokan menjadi:
  1. Inflasi Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti:
    • Interaksi permintaan-penawaran
    • Lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang
    • Ekspektasi Inflasi dari pedagang dan konsumen
       
  2. Inflasi non Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung tinggi volatilitasnya karena dipengaruhi oleh selain faktor fundamental. Komponen inflasi non inti  terdiri dari :
    • Inflasi Komponen Bergejolak (Volatile Food) :
      Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan internasional.  
    • Inflasi Komponen Harga yang diatur Pemerintah (Administered Prices) :
      Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) berupa kebijakan harga Pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan, dll.
     
Determinan Inflasi

Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi supply (cost push inflation), dari sisi permintaan (demand pull inflation), dan dari ekspektasi inflasi. Faktor-faktor terjadinya cost push inflation dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara partner dagang, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price), dan terjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan terganggunya distribusi.

Faktor penyebab terjadi demand pull inflation adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Dalam konteks makroekonomi, kondisi ini digambarkan oleh output riil yang melebihioutput potensialnya atau permintaan total (agregate demand) lebih besar dari pada kapasitas perekonomian. Sementara itu, faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi dalam menggunakan ekspektasi angka inflasi dalam keputusan kegiatan ekonominya. Ekspektasi inflasi tersebut apakah lebih cenderung bersifat adaptif atau forward looking. Hal ini tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari besar keagamaan (lebaran, natal, dan tahun baru) dan penentuan upah minimum regional (UMR). Meskipun ketersediaan barang secara umum diperkirakan mencukupi dalam mendukung kenaikan permintaan, namun harga barang dan jasa pada saat-saat hari raya keagamaan meningkat lebih tinggi dari komdisisupply-demand tersebut. Demikian halnya pada saat penentuan UMR, pedagang ikut pula meningkatkan harga barang meski kenaikan upah tersebut tidak terlalu signifikan dalam mendorong peningkatan permintaan.

Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Pertama, inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambah miskin.

Kedua, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.

Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai rupiah.

Sumber : Bank Indonesia

Asuransi Jiwa Bukan Untuk Ditolak tapi Bisa Ditunda

Bila mendengar kata asuransi jiwa sebagian orang masih merasa alergi dan langsung menolak. Suatu hal yang biasa karena tak kenal maka tak akan sayang. Padahal kalau mengetahui manfaat dan keuntungannya pastinya tidak akan ada penolakan tapi yang ada adalah penundaan.

Setiap orang tidak akan pernah mengetahui apa yang akan terjadi beberapa detik di depannya segala resiko bisa saja terjadi dan menimpa siapapun tanpa pandang bulu. Seseorang yang terlihat sehat bisa saja tiba tiba terkena stroke atau penyakit kritis lainnya tanpa sebuah pertanda sekalipun. Banyak yang beranggapan bahwa bila kita mengasuransikan diri berarti uang yang kita bayarkan akan terbuang sia sia, hal seperti inilah yang membuat sebagian dari kita menjadi alergi dan menolak bila dijelaskan segala manfaat dari pentingnya asuransi jiwa.

Memang benar bahwa hidup dan mati kita ada di tangan Tuhan tapi bukankah sebagai manusia kita juga diajarkan untuk mempersiapkan segala sesuatunya secara maksimal, terutama bila selagi mampu dan memiliki sumber daya untuk melakukannya. 
Sebagian atau hampir seluruh umat manusia pasti bercita cita ingin kaya dan berusaha sekuatnya untuk mencapai tujuannya tersebut. Tapi terkadang sebagian lupa bahwa segala sesuatu yang tidak diinginkan bisa saja terjadi di tengah kehidupannya bila tidak memiliki perlindungan bukan tidak mungkin semua yang dimilikinya akan habis untuk membiayai segala kemungkinan tersebut.

Kita mengetahui bahwa penyakit apapun bentuknya datang menghampiri tanpa pernah ada undangan jadi kita tidak pernah tahu terkena giliran atau tidaknya, demikian juga dengan kematian ataupun musibah kecelakaan. Semua musibah adalah KehendakNya, kita hanya bisa mengantisipasinya dengan segala persiapan yang mampu kita lakukan.

Sudah saatnya masyarakat dari berbagai tingkat ekonomi menyadari akan pentingnya asuransi jiwa karena asuransi tidak selalu identik dengan “MAHAL”, semua tergantung dari tingkat perlindungan yang kita inginkan. Semakin sadar di usia muda maka akan relatif lebih murah biaya yang harus kita keluarkan. Sekarang banyak produk yang dipasarkan oleh masing masing perusahaan dengan segala kelebihannya yang bisa dipilih dan dipelajari. Jangan membeli produk asuransi hanya karena pertemanan tapi belilah karena membutuhkan, yang terpenting lagi pelajarilah kebutuhan yang diinginkan dan produk yang akan dipilih karena semua itu adalah untuk kepentingan diri sendiri.

Asuransi bukanlah produk yang mengerikan, jadi jangan menolak dulu sebelum mendengarkan penjelasannya karena sesungguhnya bila kita mau meluangkan waktu untuk mempelajarinya maka kita akan bersyukur telah disadarkan sesuatu hal yang sering terlupakan karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya dalam kehidupan kita. Membuka wawasan untuk hal yang baik membutuhkan kejernihan pikiran dan ketulusan hati dan keputusan selanjutnya ada di tangan kita masing masing.

Kuartal I Prudential Indonesia Catat Premi Rp5,9 Triliun

Metrotvnews.com, Jakarta: PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) mencatatkan total pendapatan premi sebesar Rp5,9 trilliun pada kuartal pertama 2014 atau tumbuh sebesar 7,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan didorong oleh peningkatan pendapatan premi lanjutan sebesar Rp3,57 triliun, naik 23 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2013.

Total klaim yang dibayarkan perusahaan tanpa menghitung jumlah penarikan polis, penutupan polis atau polis telah berakhir (excluding withdrawal, surrender or maturity) meningkat signifikan sebanyak 20,8 persen menjadi Rp613 miliar.

Walaupun kondisi pasar cukup menantang, total klaim yang dibayarkan perusahaan, termasuk menghitung jumlah penarikan polis, penutupan polis atau polis telah berakhir (including withdrawal, surrender or maturity) turun 14,6 persen.

Presiden Direktur Prudential Indonesia, William Kuan, menyatakan data tersebut merupakan indikator penting optimisme masyarakat terhadap penguatan ekonomi Indonesia. Ia menjelaskan, nasabah Prudential semakin memahami manfaat jangka panjang berinvestasi pada perlindungan asuransi jiwa.

“Pertumbuhan total premi menunjukkan pada kami masyarakat tidak terpengaruh ketidakpastian ekonomi pada tahun 2013 dan kembali berinvestasi untuk melindungi masa depan keuangan mereka," jelas William dalam keterangan tertulis yang diterima Media Indonesia, Minggu (8/6/2014).

Pada kuartal I tahun ini Prudential Indonesia menambah kantor keagenan di berbagai kota di Indonesia, dari sebelumnya 327 kantor menjadi 358 kantor keagenan. “Saat jumlah nasabah kami terus tumbuh di seluruh Indonesia, sangat penting bagi kami untuk meningkatkan investasi pelayanan nasabah," kata William.

Sumber : MetroTv

Selasa, 10 Juni 2014

Setiap Orang Pasrti Menghadapi Resiko Sakit Dan Meninggal Dunia

JAKARTA. Semua orang, baik kaya maupun miskin, menghadapi dua risiko yang sama, yakni sakit dan mati. Seseorang boleh saja memiliki gaji ratusan juta rupiah saban bulan. Tapi, ketika sakit datang, ia tak bisa mengelak.

Gaji dan kekayaannya juga belum tentu cukup membiayai pengobatannya. Urusan kapan ajal menjemput kita lebih misterius lagi.

Masalahnya, ketika benar-benar datang, risiko sakit dan meninggal itu akan mengganggu perencanaan keuangan kita sebagai individu atau keluarga. Kematian orang yang menjadi tulang punggung ekonomi keluarga, misalnya, bisa mengancam masa depan pendidikan buah hati. Persoalan kian rumit jika keluarga itu menanggung utang.

Jangan keburu paranoid! Semua risiko bisa kita hadapi jika kita mau mengantisipasinya sejak dini. Untuk mengantisipasi dua risiko utama dalam hidup tadi, para perencana keuangan menyarankan, setiap keluarga menyiapkan proteksi berupa asuransi. Ini syarat mutlak sebelum kita menyusun rencana keuangan yang lain.

Di tengah tawaran produk asuransi yang semakin marak, tentu saja, kita tidak bisa asal mencomot produk asuransi. Masalahnya, memilih produk asuransi tidak mudah. Orang bilang, asuransi adalah produk yang manfaatnya tidak bisa langsung terlihat ketika baru dibeli. Alhasil, kita kerap diliputi kebingungan dalam menjatuhkan pilihan atau malah merasa tidak memerlukan asuransi.

Meski begitu, kita tak perlu gelap mata dengan membeli berbagai macam polis asuransi sekaligus. Betul, sebagai perlindungan dari beragam ancaman lingkungan, idealnya, segala risiko perlu diproteksi. Namun, karena keterbatasan dana, kita harus bisa memilih asuransi yang sesuai isi kantong dan kebutuhan hidup.

Hitung kebutuhan dengan cermat

Karena itu, sebelum memilih produk asuransi, kita perlu melakukanprofiling. Profiling adalah analisa yang meliputi kedudukan si calon nasabah dalam keluarga, siapa saja anggota keluarga yang jadi tanggungannya, sejarah kesehatan, pekerjaan, karakter, kebutuhan, dan kondisi lingkungan. 
Dengan mengetahui profil diri sendiri, seseorang bisa menentukan risiko dan jenis asuransi apa saja yang dibutuhkannya. Apalagi, risiko atau kebutuhan hidup selalu berkembang dan berubah seiring perjalanan waktu dan nasib seseorang.

Risiko yang paling pasti adalah meninggal dunia. Risiko ini dapat timbul karena sakit, kecelakaan, bencana alam atau peristiwa-peristiwa lain yang tak terduga. Otomatis, risiko ini wajib diproteksi oleh mereka yang memiliki nilai ekonomis atau menjadi sumber penghasilan keluarga. Jika si sumber pendapatan tersebut meninggal dunia atau mengalami kecelakaan berat, produk asuransi dapat dipakai oleh anggota keluarga yang ditimpa kemalangan itu untuk membiayai kebutuhan hidupnya dan terbebas dari kesulitan finansial.

Karena itu, asuransi jiwa sifatnya wajib bagi pencari nafkah atau tulang punggung keluarga. Sedangkan jika tidak punya tanggungan atau tidak ingin mewariskan apapun, orang tersebut tidak memerlukan asuransi jiwa.

Risiko atau ancaman lain adalah kemungkinan menderita sakit, cacat atau kelumpuhan. Alih-alih mencomot dana investasi, lebih aman jika biaya berobat berasal dari klaim asuransi yang kita cairkan. Jadi, biaya itu tidak mengganggu alokasi dana darurat atau dana investasi.

Asuransi kesehatan yang dapat melindungi seseorang dari berbagai risiko itu diperlukan, tidak hanya bagi si pencari nafkah tapi juga setiap orang. Tapi untuk efisiensi, asuransi kesehatan terutama dibutuhkan bagi si pencari nafkah.

Risiko yang juga dapat mengancam tujuan hidup dan kesejahteraan seseorang adalah kehilangan atau kerusakan barang berharga yang dimiliki. Namun, dalam menentukan jenis asuransi yang diperlukan untuk memproteksi harta benda, kita harus membuat skala prioritas.

Untuk mengukur jenis harta benda yang wajib diproteksi, kita bisa melihat nilai dan manfaat harta tersebut. Misalnya, rumah tinggal dan kendaraan sangat penting untuk aktivitas keluarga.

Ancaman lain yang berpotensi menghampiri hidup seseorang dapat bersumber dari lingkungan. Misalnya risiko inflasi, bencana alam, penipuan investasi, dan sebagainya.

Para perencana keuangan sepakat menyarankan, sebuah keluarga minimal harus memiliki asuransi yang terkait dengan risiko pribadi, yakni asuransi jiwa dan asuransi kesehatan. Di luar dua asuransi itu, kita bisa memiliki asuransi lain sesuai kebutuhan dan prioritas masing-masing.

Dalam memilih asuransi, kita juga harus menaksir kebutuhan uang pertanggungan. Kebutuhan pertanggungan asuransi jiwa, misalnya, dapat berdasar penghasilan atau pengeluaran seseorang. Ini juga terkait jangka waktu proteksi yang dibutuhkan. Misalnya sampai anak terkecil sudah punya penghasilan.

Setelah mengetahui uang pertanggungan dan masa proteksi, langkah terakhir adalah membuat simulasi perhitungan asuransi untuk mengetahui jumlah premi yang harus kita dibayarkan. Maklum, selain pengeluaran premi asuransi, sebuah keluarga pasti memiliki daftar panjang pengeluaran-pengeluaran pokok lainnya yang juga tak boleh diabaikan.

Masih bingung juga? Anda bisa mendiskusikan kebutuhan proteksi asuransi Anda dengan para perencana keuangan (financial planner) maupun perusahaan-perusahaan asuransi yang terpercaya.

Sumber : Kontan

Mau financial freedom? Jangan takut bermimpi!

JAKARTA. Ketika kita masih kanak-kanak, salah satu pertanyaan standar orang dewasa yang harus kita jawab adalah: apa cita-citamu? Ingatkah Anda apa jawaban waktu itu? Apakah kini Anda benar-benar berhasil mencapai cita-cita itu?

Konon tak sampai seperempat orang yang berhasil menggapai cita-cita dan mimpinya. Konon kabarnya pula, hanya seperempat dari mereka yang berhasil menggapai cita-cita semasa kanak-kanak benar-benar merasa puas. Sisanya menyesal karena merasa salah menetapkan cita-cita.

Kegagalan orang menggapai cita-cita atau menikmati cita-cita masa kanak-kanak itu yang acap menyebabkan kita takut bermimpi. Betapa sering kita mendengar ungkapan, ”Jadi orang yang realistis saja! ”Salah satu peribahasa favorit kita semasa SD, bagai pungguk merindukan bulan, semakin membuat kita “tahu diri” dan kian takut bermimpi.

Memang, mimpi akan tetap tinggal sebagai mimpi kalau kita tak pernah menetapkan strategi untuk menggapainya. Jika kita mempersiapkan secara rapi daftar upaya yang harus kita lakukan untuk merengkuhnya, saat itu pula mimpi menjelma jadi rencana.

Begitu pula dengan mimpi finansial Anda. Sebagai karyawan biasa, mungkin Anda “tahu diri” sehingga tak mau bermimpi menikmati wisata keliling Eropa selama 40 hari bersama istri terkasih. Sebagai pengusaha “kelas teri” mungkin Anda merasa sebagai pungguk merindukan bulan kalau memimpikan status financial freedom. Memang, semua itu hanya mimpi kalau Anda tak kunjung menyusun rencana.

Terserah Anda kalau memang tak ingin berwisata keliling dunia. Suka-suka Anda kalau tak mau berhenti bekerja sebelum masa pensiun tiba. Namun, tak inginkah Anda menyekolahkan buah hati ke universitas terkemuka di Indonesia bahkan ke Amerika? Tak kepingin kah Anda mengantarkan mereka menggapai mimpi dan cita-cita?

Ayo, segera ubah mimpi-mimpi finansial Anda menjadi rencana. Kalau belum tahu caranya, mari menimba ilmunya dari para pakar yang memang kompeten di bidangnya.

Sumber : Kontan